ZOOM ZOOM

Test Drive, Trade-in, Simulasi Kredit, Info Diskon, dll
DISKON NEGO SAMPE DEAL
Info:
Guntur Utoeyz
Tlp. 0813 2018 0053 _ WA/LINE 0818 0205 8153

Selasa, 03 Desember 2013

Mencoba Mazda Biante Skyactiv





Cukup menjadi pertanyaan lantaran nama yang disematkan pada Mazda Biante terbaru ini tak mengusung embel-embel Granz. Tapi kami cukup mengerti bahwa Mazda Motor Indonesia (MMI) tengah membangun image SKYACTIV di seluruh lini produknya. Sejak CX-5 diperkenalkan, lalu menyusul Mazda6 dan kini Biante mendapat sentuhan teknologi SKYACTIV.

Sekilas, kami sulit untuk membedakan Biante SKYACTIV dengan pendahulunya. Tapi saat menilik lebih detail, barulah ditemukan bahwa perubahan terjadi pada dimensi gril depan yang kini lebih besar. Cukup logis bila mengingat bahwa teknologi SKYACTIV yang menyematkan perbandingan kompresi hingga 13:1 tentu memerlukan pasokan udara segar yang lebih banyak untuk menjaga suhu mesinnya.

Sentuhan krom pada bagian gril kian membuat MPV Boxy ini terlihat elegan tanpa mengurang kesan sporty yang menjadi ciri Mazda. Apalagi desain foglamp turut disesuaikan agar terlihat harmonis.

Satu yang menarik dari tampilan Biante adalah penyematan warna hitam di pilar yang memberi kesan atap terlihat mela­yang. Terlihat tanpa pilar dari depan sampai belakang, kian mempertegas kesan futuristik pada Biante. Apalagi di bagian roda, mazda menggunakan pelek aluminium ring 16 dengan desain palang lima baru.

Sudah puas melihat bagian luar, kini giliran kita melihat interior. Ketika membuka pintu kita pun disambut dengan jok kulit berwarna beige yang sangat menawan. Tidak hanya itu tentunya dengan dimensi tidak sebesar rivalnya, tetapi Biante SKYACTIV memberikan nuansa kelapangan pada kabinnya.

Ketika menaikinya, aura kemewahan pun terasa sangat erat pada Mazda Biante SKYACTIV. Visibilitas yang tinggi hingga pada baris ketiga memberikan kenyamanan pada pengendara dan penumpang. Tapi sayangnya head rest pengendara yang terlalu ke belakang membuat ergonomis tereduksi tentunya.

Begitu juga dengan sedikitnya ruang penyimpanan tertutupnya yang tersedia, cukup menyulitkan kita ketika hendak menaruh barang-barang. Selain itu ketika kita menoleh kebelakang pun visibilitasnya terganggu karena adanya head rest pada baris ketiga yang cukup besar. Tentunya plus minus,  bisa dipastikan Mazda Biante SKYACTIV memberikan kenyamanan pada penumpangnya juga.

First drive pun langsung dilakukan. Benar saja kekurangan yang ada terbayar semua dengan kenyamanan yang ditawarkan atas kelembutan dan halusnya transmisi perpindahan gigi dengan mode manual via paddle sift. Bantingan suspensinya terasa empuk tanpa ada hentakan saat melewati jalan berlubang.

Kini Mazda Biante SKYACTIV pun menyediakan MID, tentunya kita bisa lebih mengetahui segala informasi mengenai konsumsi bahan bakar dan total jarak perjalanan. Tidak hanya kenyamanan, keamanan pun disertakan dengan adanya auto central lock.

Tentunya semakin penasaran ketika merasakan mobil ini di jalan, tak sabar ingin mengetahui apa yang diisi oleh Mazda pada ruang dapur pacunya. Seketika membuka kap mesin langsung disapa dengan asen SKYACTIV pada mesin Mazda Biante. Semua perkiraan pun kian terjawab.

Menggunakan mesin 1.997 cc SKYACTIV 16 katup bertenaga 151 dk, tentunya untuk masalah konsumsi bahan bakar bisa lebih irit pastinya. Benar saja ketika diajak berakselerasi mobil ini cukup responsif untuk mobil sekelas MPV Boxy.

Mazda pun menyajikan hanya satu tipe untuk Biante SKYACTIV yang ditawarkan dengan harga Rp 398 juta. Hal itu berarti lebih tinggi Rp 16 juta dari Mazda Biante bermesin konvensional.

Spesifikasi, harga dan foto Mazda Biante Skyactiv


Mazda Biante Skyactiv tecnology dibekali mesin 1.997 cc, Direct Injection Spark Ignition (DISI) 4-silinder, DOHC, 16 valve. Kompresi ratio 12.0:1, Maksimum power 151 PS pada 6000 rpm dan torsi 190 Nm pada 4100 rpm.





Mazda menganjurkan penggunaan bensin tanpa timbal RON91 atau lebih. Rasio kompresi tinggi dengan perbandingan 12.0:1 menghasilkan kinerja memuaskan, irit bahan bakar, dan emisi terkontrol.

“Untuk konsumsi BBM Biante Skyactiv lebih irit 15 persen dari Biante non-Skyactiv, tapi semuanya bergantung cara pemakaian, kami tidak mau muluk-muluk soal konsumsi bahan bakar, kami akan senang sekali jika ada komsumen yang mau melakukan tes konsumsi bahan bakar, biar konsumen sendiri yang menilai,” tambah Bonar.

Biante Skyactiv memiliki transmisi otomatis 6-speed. Mazda melengkapinya dengan sistem i-Stop yang dapat mematikan mesin ketika berhenti beberapa detik untuk menghemat BBM.

Biante Skyactiv didukung oleh 4W Antilock Brake sistem (ABS), EBD, Emergency Brake System (EBS), Dynamic Stability Control (DSC), Traction Control System (TCS), Hill Launch Assist (HLA) menahan kendaraan saat berhenti ditanjakan, Speed Sensitive Power Door Locks mengunci kendaraan secara otomatis ketika mobil mulai bergerak yang aktif pada kecepatan 20km/ jam.

Pada bagian tempat duduk tersedia tiga jenis pengaturan yang dapat disesuaikan dengan pengguna. Tiga mode tersebut Living Mode, Semi-Living Mode, dan 5 Occupants + Rear Luggage Mode pengaturan yang menyediakan bagasi luas tanpa harus meliat kursi.

Untuk sistem audio dan interior tidak ada perbedaan dengan Biante, hanya saja ada penambahan 6.1″ touchscreen display dengan LED backlighting yang dapat dioperasikan melalui tombol audio pada roda kendali, double DIN, 24-bit digital-to-analog-converter, built-in bluetooth untuk hands-free phone dan audio streaming.

Harga Mazda Biante Skyactiv

Harga yang ditawarkan Rp 401 juta (on-the-road Bandung)

Mazda Biante SKYACTIV-G 2.0L Satu Liter 14,8 Kilometer

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mazda Biante SKYACTIV-G 2.0L mempunyai  konfigurasi 4 cylinder inline, DOHC, 16 katup, dan FWD, merupakan terobosan teknis yang mampu mencapai rasio kompresi tinggi dengan perbandingan 12.0:1, sehingga menghasilkan kinerja berkendara yang memuaskan, irit bahan bakar, dan emisi kendaraan yang terkontrol.
Dual Sequential Valve Timing (SV-T) merupakan teknologi Mazda dalam hal pengaturan waktu buka tutup katup baik untuk katup gas masuk (intake valve) maupun katup gas buang (exhaust valve). Electronic Throttle Control (ETC) adalah teknologi yang menghubungkan pedal akselerator dengan throttle secara elektronik.
SKYACTIV-DRIVE 6-speed AT with Direct Mode & Active Adaptive Shift adalah transmisi otomatis six-speed yang memberikan nuansa langsung seperti transmisi manual dengan perpindahan gigi yang mulus. Teknologi kontrol terbaru pada SKYACTIV-DRIVE mengubah transmisi torsi mesin ke roda dan waktu perpindahan gigi sesuai dengan kecepatan ketika pengemudi menggerakan pedal akselerator.
Mazda Biante with SKYACTIV Technology juga dilengkapi oleh sistem i-STOP (idlestop), yang dapat menghemat bahan bakar dengan cara mematikan mesin saat pedal rem ditekan dan mobil berhenti di lampu lalu lintas atau di kemacetan dan juga secara otomatis menghidupkan mesin saat pedal rem dilepaskan.
Kendaraan ini menghasilkan tenaga maksimal adalah 111 kW (151 PS) / 6.000 rpm dengan torsi maksimal adalah 190 Nm (19,4 kgm) / 4.100 rpm dengan kapasitas tangki bahan bakar sebesar 60 L.Bahan bakar yang direkomendasikan adalah bensin tanpa timbal RON91 atau lebih dengan penggunaan bahan bakar berdasarkan JC08 test mode adalah 14,8 km/L.
Sistem i-STOP selalu mematikan mesin pada posisi piston sedemikian rupa, di mana siap untuk pembakaran berikutnya, sehingga menghidupkan mesin lebih responsif dan halus untuk pengalaman berkendara yang mulus. i-STOP juga bekerja dengan memonitor suhu mesin, suhu kabin dan input pengemudi ke pedal rem, tuas persneling dan roda kemudi.

211 Kilometer Bersama Mazda Biante with SkyActiv

Metrotvnews.com, Pangandaran: Usai menghabiskan malam dengan beristirahat di Pantai Indah Resort Hotel Pangandaran, rombongan jurnalis yang mengikuti test drive Mazda Biante with SkyActiv kembali beraktivitas.

Ini adalah hari kedua acara test drive Biante with SkyActive yang digelar PT Mazda Motor Indonesia (MMI) dengan rute Jakarta-Pangandaran-Bandung bertema 'From Beach to Mountain' pada 3-5 Oktober 2013.

Target tujuan pertama kami di hari kedua ini adalah Green Valley Citumang, masih di kawasan Pangandaran tidak jauh dari pantai Batu Hiu. Ini adalah lokasi untuk kegiatan body rafting yang belum sepopuler Green Canyon.

Hal itulah yang menjadikan lokasi ini lebih asri dan alami karena belum banyak dikunjungi wisatawan dan kami bisa lebih leluasa menikmati berendam dalam  sungai yang airnya sejuk itu.

Obyek wisata ini mengandalkan sumber mata air di balik goa batu berkedalaman sekitar 10 meter. Untuk menggapai lokasi wisata ini, kita harus menempuh 1,5 jam perjalanan dari tempat kami menginap dan harus melintasi jalan yang sempit.

Untungnya, meskipun lumayan besar dan panjang, Biante memiliki radius putar hanya 5,4 meter sehingga memudahkan manuver di lahan yang sempit. Hal itu terasa saat kami menuju lokasi wisata alam itu.

Setelah berganti pakaian, rombongan jurnalis dengan enam unit Mazda Biante with SkyActiv kembali bergerak menuju Bandung dan kami kembali menyusuri brutalnya permukaan ruas jalan di wilayah Padaherang, Pangandaran akibat dilalui truk pengangkut pasir besi dari Tasikmalaya menuju Cilacap, Jawa Tengah.

Setelah melewati kawasan berdebu tersebut kami melanjutkan perjalanan menuju rute yang sebelumnya kami lewati di antaranya Banjar, Tasikmalaya, Ciamis dan Nagreg yang menyajikan berbagai kondisi jalan menantang.

Teknologi mesin Mazda Biante SKYACTIV-G 2.0 liter 4 silinder inline, DOHC, 16 katup dengan rasio kompresi mesin super tinggi 12,0:1 dengan teknologi i-Stop (idle stop system) terasa seperti tidak pernah sedikitpun kehilangan napasnya.

Untuk menyalip kendaraan di depan di jalan menanjak sekalipun, mesin dengan output 151 PS pada 6.000 rpm dengan kombinasi torsi 190 Nm pada 4.100 rpm ini mampu menuntasskan dengan baik.

Pasalnya kendaraan seharga Rp398 juta on the road ini juga didukung transmisi otomatis 6-Speed SkyActive Drive yang dilengkapi mode manual melalui tombol dan tuas paddle shifter di roda kemudi.

Saat pengemudi ingin segera berakselerasi, tinggal menekan tombol down maka posisi transmisi langsung bergeser satu tingkat ke bawah dengan cepat dan kembali ke mode otomatis ketika komputer mendeteksi pengemudi tidak menunjukkan gelagat untuk kembali berakselerasi.

Mode transmisi manual bisa dibuat permanen dengan cara menekan tombol kecil di tuas transmisinya. Hal ini kami lakukan saat rombongan Biante with SkyActiv mulai mendekati kawasan Nagreg yang memiliki banyak tanjakan dan tikungan ekstrem.

Banyak truk yang terpaksa merayap menciptakan antrean panjang kendaraan. Alhasil  transmisi otomatis kerap berpindah-pindah gigi dan mengurangi kenyamanan ketika berada di belakang antrean kendaraan yang bergerak dengan kecepatan yang tidak konstan itu.

Dengan mode manual 6-Speed-nya, ketidaknyamanan itu bisa disiasati sekaligus membuat Biante SkyActiv lebih agresif menyalip di tanjakan. Dan hebatnya lagi, kita tidak perlu panik saat harus 'stop 'n go' di tanjakan maupun jalan menurun.

Pasalnya MPV yang baru diluncurkan berbarengan dengan ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) lalu ini memiliki fitur seperti SUV yaitu Hill Launch Assist.

Fitur ini berfungsi menahan rem kendaraan dalam dua detik yang memberikan kesempatan pengemudi memindahkan kaki dari pedal rem ke pedal gas tanpa khawatir mobil mundur di tanjakan, atau maju saat kendaraan dimundurkan melawan tanjakan.

Saat start menanjak di jalan licin juga dijamin lebih aman dari selip karena Biante ini telah dilengkapi Traction Control System yang mengatur penyaluran tenaga mesin semaksimal dan seoptimal mungkin ke permukaan jalan.

Saat meliuk-liuk menyusuri jalan berkelok yang dikombinasi tanjakan dan turunan tajam, suspensi independent MacPherson strut di depan dan independen Multi Link di bagian belakangnya, tidak kuasa melawan hukum alam pada kecepatan tinggi. Gaya sentrifugal dan sentripetal membuat bodi cenderung tertinggal dari arah tikungan.

Namun itu hal yang wajar mengingat Biante adalah MPV dengan postur cukup tinggi dan didesain untuk keluarga seperti yang dikatakan oleh Senior Marketing Manager PT Mazda Motor Indonesia (MMI) Astrid Ariani Wijana saat berangkat dari Jakarta.

Pasalnya tidak akan ada juga pengguna Biante yang membawa keluarga mereka pada kecepatan tinggi di kondisi seperti itu karena akan mengganggu kenyamanan perjalanan walaupun dengan sistem suspensi yang sempurna sekalipun.

Namun jika terpaksa, Biante tetap aman karena kendaraan ini telah dilengkapi dengan fitur DSC (dynamic stability control) yang mampu mencegah terjadinya understeer maupun oversteer ketika melibas tikungan-tikungan tajam pada kecepatan tinggi.

Jika dikendarai dengan kecepatan yang terukur layaknya sebuah mobil keluarga, Biante mampu membuat anggota keluarga terbuai dalam pelukan jok kulitnya. Sementara pengemudi bisa merasakan nikmatnya berkendara yang didukung oleh rasio gigi setir ideal 1:16,2.

Suspensi Biante akhirya menunjukkan taring di trek lurus. Meliuk-liuk di antara kendaraan lain pada kecepatan tinggi rasanya tidak seperti mengendarai MPV besar berkapasitas 8 penumpang, tapi lebih mirip karakter SUV. Performa suspensinya pun menjadi terasa lebih pas.

Melaju kencang di trek lurus tetap percaya diri berkat dukungan rem cakram di keempat roda berfitur ABS dan EBD. Meskipun karakter remnya tidak spontan menggigit dan cenderung lembut, namun tetap bisa dikendalikan dengan akurat.

Kami akui mengemudikan Biante yang 'fun to drive dan fun to ride' ini tidak membuat kami lelah. Tetapi Biante tetap tidak mampu mencegah datangnya rasa ngantuk. Untuk itu kami menyempatkan diri mampir menikmati 'coffee break' di Suka Senang di Jl Banjar Ciamis sebelum menghadapi rute menantang di kawasan Nagreg tadi. 

Setelah perjalanan panjang yang menempuh sekitar 211 km itu kami tuntaskan, tibalah kami di Hilton Hotel Bandung di mana kami beristirahat menyongsong hari terakhir perjalanan kami dengan Biante with SkyActiv esok hari yang mengusung tagline 'Pure Enjoyment'.

First Drive: Mazda Biante SKYACTIV

fb First Drive: Mazda Biante SKYACTIV
MazdaBianteSKYACTIV 12 460x306 First Drive: Mazda Biante SKYACTIV
BANJAR (DP) — Mazda Biante SKYACTIV akan membuat penjualan Mazda Biante kian bertaji. Dapurpacu.com berkesempatan menjajal MPV 7-seater ini dari Jakarta-Pangandaran-Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Mazda Biante SKYACTIV dibanderol Rp 398 juta (OTR-Jakarta) dan bersaing dengan Nissan Serena dan Toyota NAV1. Hadirnya Biante Skyactive menggantikan Biante non-SKYACTIV. MMI berharap bisa meniagakan 200 unit Biante setiap bulannya.
Desain
Sepintas tidak terlihat perbedaan dengan Biante, namun jika dipandang secara seksama akan ditemukan pada fascia depan. Grille ditata ulang dibuat lebih lebar dengan list krom tebal pada bagian atas.
Desain bumper depan dipercantik, disandingkan dengan revisi pada lampu kabut (fog lamp). Tampilan anyar wajah depan membuat Biante SKYACTIV menjadi terlihat lebih tangguh.
Menengok interior MMI menambah aura mewah dan kenyamanan. Seluruh kursi dibalut dengan kulit berkelir krem serta monitor pada atap untuk menambah kenyamanan bagi penumpangnya.
Mesin dan Transmisi SKYACTIV
Teknologi SKYACTIV menjadi nilai jual bagi produk-produk Mazda. Dengan teknologi ini diklaim mampu memberikan efisiensi bahan bakar minyak (BBM) dan tidak menanggalkan performa.
Biante menggendong mesin SKYACTIV-G (bensin) dengan kapasitas 2,0-liter. Dapur pacu ini memiliki tenaga 151 hp pada 6000 rpm versi sebelumnya tanpa SKYACTIV 150 hp pada 6200 rpm. Untuk torsinya sama 190 Nm, perbedaan pada pencapaian rpm dari 4500 menjadi 4100. Sehingga berdampak pada akselerasi lebih agresif dan irit BBM.
Terpasang pula transmisi SKYACTIV-Drive 6-speed yang terasa lebih lembut. Kinerjanya seperti CVT, yang mana  rasio gear dengan rentang lock-up lebih lebar memungkinkan perpindahan gigi tanpa jeda sehingga lebih halus.
Ketika mendaki di jalan tol Cipularang mesin tangguh dari mobil bertubuh besar ini tidaklah menyulitkan. Namun, ujian sebenarnya adalah jalur Nagrek-Malangbong-Tanjakan Gentong yang berliku dan mendaki, dan itu bisa dilibas dengan cukup mudah.
Sensasi F1 di MPV
Kejutan lain yang dihadirkan pada Biante adalah aplikasi paddle-shift layaknya mobil F1 — shift up dilakukan di balik kemudi untuk menambah kecepatan sedangkan shift down menurunkan gear berada di palang kemudi dengan menekannya. Peranti ini sangat berguna untuk melibas jalur Nagrek-Malangbong-Tanjakan Gentong hingga Banjar yang memiliki lintasan berliku-liku dengan turunan dan tanjakan tajam. Dan perlu diingat jalur ini cukup padat.
Dengan menekan tombol up/down pada paddle shift transmisi akan langsung berfungsi semi-manual. Saat melakukan overtaking dengan memainkan transmisi semi manual menjadi lebih cepat mendapatkan daya dorong.
Tak jarang pada jalur ini ditemui kemacetan saat jalan mendaki dan menurun. Dengan fitur Hill Launch Assist akan memudahkan sang pengemudi dalam dua detik diberi kesempatan mengubah posisi kaki dari pedal rem ke gas sehingga mobil tidak mundur ditanjakan atau maju saat turunan.
Dan yang menarik dari Biante SKYACTIV telah dibenamkan teknologi i-STOOP. Saat mobil berhenti karena bertemu lampu lintas (traffic light) atau kemacetan selama 3 detik, mesin langsung mati. Saat menginjak pedal gas mesin akan hidup kembali. Dengan fitur ini akan membantu efisiensi BBM.
Revisi Suspensi
MMI menyebut Biante SKYACTIV mendapat penyempurnaan suspensi yang bertujuan mendapatkan kenyamanan bagi penumpang dan pengendaranya. Hasilnya stabilitas dapat dicapai ditambah dengan fitur Dynamic Stability Control (DSC).
Namun yang terpenting dari suspensi anyar tersebut adalah bagi pengendara. Berjalan pada lintasan yang cukup ekstrem (mendaki, turunan, berkelok-kelok) sangat mudah dikendalikan.
Ketika melintas pada jalananan datar antara Banjar hingga pantai Pangandaran ditemui jalan rusak, suspensi independent MacPherson strut di depan dan independent Multi Link di bagian belakang teruji kenyamanannya.
Hanya saaja yang cukup menggangu adalah posisi pilar ‘A’ membuat akses pandangan pada sisi kanan terasa kurang jelas. Ketika menemui tikungan tajam ke arah kanan, jarak pandang terganggu dengan posisi pilar ‘A’. Namun demikian kaca depan yang lebar memudahkan pandangan lebih jauh.
Kesimpulan
Setelah melakukan perjalanan 731 kilometer, Mazda Biante SKYACTIV terasa ‘fun to drive’. Mobil keluarga beratap tinggi ini menyenangkan.
Tidak hanya nyaman menjadi penumpang, enak pula menjadi pengemudi. Agresivitas mesin plus stabilitas yang dimiliki Bante baru menjadi keunggulannya patut diwaspadai oleh para kompetitornya. [dp/Wyu]
© 2013, Majalah Otomotif Online by. Dapurpacu.com. All rights reserved.

Mazda2 Hatchback Raih 2 Penghargaan Sekaligus

Otosia.com - Penghargaan Best Features Design and Value diberikan untuk fitur Mazda Smart Entertainment System, yang merupakan jawaban PT. Mazda Motor Indonesia (MMI) bagi para pecinta Mazda2 yang haus akan layanan hiburan terintegrasi di kendaraan mereka. Mazda2 kembali menunjukkan keunggulannya di kelas hatchback.
Hanya lima hari setelah dibukanya ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011, mobil stylish ini sudah berhasil memenangkan dua award untuk kategori Best Features Design and Value dan Best Dress Up (untuk modifikasi terbaik), persembahan dari majalah otomotif nasional.
Kategori Best Features Design and Value karena Mazda Smart Entertainment System terbukti efektif membantu menjadikan Mazda2 sebagai mobil yang terbaik di kelasnya, apalagi mengingat hanya sedikit dari para pesaingnya yang berani menawarkan fitur setara.
Melalui Mazda Smart Entertainment System, penumpang dapat menikmati 7" TFT LCD high resolution SVGA, Touch Screen with remote control, Parking Camera, Radio FM/AM, Single DVD/VCD/MP3/MP4, Virtual CD for 6 CDs, TV Tuner, iPod Adaptor, Bluetooth with A2DP, USB connection, dan koneksi SD Card.
Sementara kategori Best Dress-Up (untuk modifikasi terbaik) dimenangkan oleh Mazda2 hatchback berwarna merah yang sengaja dimodifikasi khusus untuk menarik perhatian pengunjung selama IIMS 2011.
Hasil yang diperoleh Mazda2 melalui penghargaan ini semakin diperkuat dengan meningkatnya angka penjualan Mazda2 hatchback selama IIMS 2011. Hanya dalam lima hari berlangsungnya IIMS 2011, MMI membukukan penjualan Mazda2 Hatchback sebanyak 251 unit, dan angka ini dipercaya akan terus

Apa Kata Otonetters Setelah Test Drive Mazda2 Automatic?

OTOMOTIFNETSesi test drive Mazda2 kali ini dikemas sangat berbeda. Jika sebelumnya redaksi melakukan sesi first drive dan test drive secara profesional tanpa melibatkan pihak luar, kali ini redaksi justru menggandeng para pembaca alias Otonetters yang tergabung dalam forum OTOMOTIFNET.com untuk turut serta memberikan masukan.
Sesi test drive Mazda2 ini diikuti oleh 10 orang dan dibagi dalam dua sesi berbeda, yang pertama di lakukan pada Jumat malam (15/1) dan kesempatan kedua dilaksanakan di Minggu (17/1).

Menu yang ditawarkan pun berbeda, pengetesan pertama hanya dilakukan di pelataran parkir kantor redaksi OTOMOTIFNET.com di Gedung Gramedia Majalah. Konsentrasinya hanya pada first impression, merasakan kenyaman dan kelegaan di dalam kabin serta mencoba fitur-fiturnya.

Sedang yang kedua dilakukan benar-benar di jalan raya, TOL bahkan menempuh perjalan jauh, Jakarta-Puncak. Khusus yang ini memang untuk merasakan performa Mazda2 yang kebetulan bertransmisi automatic (A/T). Meski tanpa alat ukur karena sudah dilakukan pada sesi test drive, namun tak ada salahnya bila kita mendengarkan apa kata mereka.

KENYAMANAN

Sebagian besar dari para OTONETTERS yang mencoba, mengaku ruang kabin Mazda2 cukup lega. Posisi kaki di semua tempat duduk terasa nyaman. “Saya pikir karena mobilnya kecil jadi sempit, ternyata enggak,” aku Bintang Pradipta yang memiliki tinggi badan 175 cm saat duduk di bangku belakang.

Begitu juga dengan ruang di bangku pengemudi, hal ini dibuktikan oleh Ucok, pria tambun ini punya bobot lebih dari 100 kg dan ukuran pinggang sangat besar. “Setelah mengatur posisi setir dan jok, masih cukup nyaman kok,” yakinnya.

“Tapi sayangnya suspensi terasa cukup keras, rasanya seperti bawa mobil sport. Harusnya karakter suspensi seperti ini membuat mobil lebih stabil di kecepatan tinggi,” analisa Leo. “Apalagi bila di bangku belakang getarannya cukup terasa,” lanjut Dashmond Tuyu yang sempat duduk dibangku belakang.

Suara dari luar mobil masih pun cukup terdengar dari dalam kabin. Contohnya ketika hujan, peredam dalam kabin masih kurang mampu meredam berisik. “Begitu juga suara dari roda akibat tekstur jalan yang berbeda-beda, suaranya berisik sampai ke dalam kabin,” jelas Leo.

Sedang fitur seperti beberapa konsol termasuk satu konsol utama yang menyediakan ruang untuk menyimpan majalah menambah kenyamanan saat meletakan barang bawaan. Sedang audio yang dilengkapi steering audio control cukup mumpuni menjadi teman saat berkendara.   
HANDLING

Sesuai dengan analisa Leo, suspensi keras yang dirasakan saat jalan rusak ternyata memiliki konsekuensi yang baik melaju kencang. “Suspensinya cocok buat high speed, sangat stabil saat zig zag di kecepatan tinggi dan tidak ada gejala limbung. Bener-benar stabil,” puas Leo.

Dan asiknya lagi hentakan akibat perpindahan gigi juga dirasakan cukup nyaman. “Malah hampir tak terasa. Halus tapi tetap responsif,” tambah Leo yang berkesempatan menjajal mobil Rp 200 jutaan ini di jalan tol.

Hampir semua yang berkesempatan melakukan pengetesan juga mengakui kemampuan pengereman Mazda2. Meski rem belakang masih drum brake namun ABS nya membuat pengereman terasa sangat kuat.

PERFORMA

Mesin MZR 1500cc 4 silinder segaris, DOHC 16 valve yang diusung Mazda2 mampu meluapkan tenaga hingga 103 ps di 6000 rpm dan torsi 135 Nm di 4000 rpm. Tenaga yang cukup besar ini kemudian di transferkan lewat transmisi automatic 4 percepatan. Maklum kali ini Mazda meminjamkan varian Mazda2 R A/T.

Bagaimana performanya? “Tenaganya cukup responsive, meski kelima bangkunya terisi penuh,” ungkap Ucok yang sempat mencoba beberapa putaran di area parkir Gedung Gramedia Majalah. Hal yang sama juga diakui Leo yang menjajalnya langsung dalam kecepatan tinggi.

“Torsi mesin terasa nendang, utamanya ketika transmisi dipindahin ke mode S atau ketika tombol "Hold" di tekan, mesin jadi lebih responsif,” aku Leo. Meski begitu pria yang sempat merasakan top speed Mazda2 R A/T di angka 160 km/jam ini merasakan ada jeda beberapa saat ketika pedal gas dibuka hingga mendapatkan tenaga yang cukup besar.

Leo (kiri) bersama admin forum OTOMOTIFNET.COM
KONSUMSI BBM
Perjalanan Jakarta-Puncak pulang-pergi pada hari Minggu dimanfaatkan juga untuk mengukur konsumsi bahan bakar. Dengan trek kombinasi mulai dari jalan perkotaan, ngebut di tol hingga melintasi tanjakan dan turunan, pengetesan konsumsi bahan bakar benar-benar dilakukan layaknya perjalanan sehari-hari.

Untuk mengetahui seberapa banyak bahan bakar yang terpakai dalam perjalanan ini, OTONETTERS menggunakan metode sederhana. Tanki di isi penuh lalu setelah perjalanan, tanki kembali di isi penuh. Pengisian kedua adalah jumlah bahan bakar yang terpakai.

Dalam perjalan yang menempuh jarak 186,3 km, dihabiskan bensin sebanyak 16,29 liter. Artinya 1 liter bensin bisa di pakai hingga 11,43 km. Irit juga ya.    

Kelebihan
-    Suspensi sangat stabil di kecepatan tinggi.
-    Mesin powerfull, torsi ketika mode S atau tombol "Hold" di tekan, lebih responsive.
-    Perpindahan transmisi giginya halus.
-    Driving position pengemudinya nyaman.
-    Kabin lega.
-    Desain agresif dan tidak membosankan.

Kekurangan
-    Suspensi terasa keras saat melintasi jalan rusak, sangat terasa di bangku baris kedua.
-    Peredam di dalam kabin kurang mampu meredam suara berisik dari luar.
-    Ada jeda tenaga di putaran mesin rendah

Mazda CX-5 2.5L Konsumsi BBM Tembus 1:15,2 l/km

MEDAN (DP) — Tantangan yang diberikan oleh PT Mazda Motor Indonesia (MMI) menjajal Mazda CX-5 2.5L dengan bekal BBM pertamax 25 liter dari Medan-Danau Toba-Medan berakhir sudah (3-4/7). Hasil terbaik hingga Mazda CX-5 2.5L mogok tercatat pada kilometer 380,5 atau konsumsi BBM 1 liter untuk 15,2 km.
Sebanyak 9 SUV terbaru dari MMI ditunggangi oleh 18 jurnalis nasional dalam tajuk Sumatra E-Halt Challenge mulai perjalanan dari SPBU Pertamina Singapore Medan. Diawali dengan pengisian BBM Pertamax 25 liter dari kondisi mesin sudah tidak bisa dihidupkan. Pengendaraan dilakukan dengan normal artinya tetap menggunakan AC dan audio secara normal.
Selanjutnya perjalanan menuju Danau Toba tepatnya menuju Simalem Resort di kawasan Kabupaten Tanah Karo sejauh 313 km. Memasuki jalan tol di Medan yang dalam kondisi lengang dimanfaatkan mengoptimalkan fungsi cruise control sehingga pengendaraan stabil pada kecepatan antara 40-60 km.
Selepas mulut tol menuju Deli kemacetan mulai terasa, beruntung CX-5 2.5L telah memiliki fitur i-STOP (Idle-stop system). Dengan peranti ini ketika menemui jalanan macet atau berhenti pada lampu merah mesin akan mati dengan sendirinya, dan langsung berfungsi lagi dengan sekali tekan pedal rem. Fitur-fitur tersebut sangan membantu mendapatkan efisiensi bahan bakar yang lebih maksimal.
Selepas dengan kemacetan dilanjutkan menuju kota Bandar Baru jalanan sangat baik dan mulus dengan pemandangan perkebunan sawit dan karet. Meskipun akan ditemui beberapa kepadatan ketika menemui pasar. Jalanan mulai menantang dari Bandar Baru menuju kawasan Danau Toba dengan tanjakan dan tikungan tujuan utamanya di jalanan menuju Simalem Resort di Tanah Karo yang berada pada ketinggian 1500 dpl.
Perjalanan membelah hutan sekitar Danau Toba dengan jalanan yang sempit plus tanjakan, turunan dan tikungan menjadi pembuktian bagi mesin 2500 cc SKYACTIV yang mampu menghasilkan tenaga 187 hp pada 5700 rpm serta torsi 250 Nm pada 4000 rpm. Saat melintasi kawasan ini kondisi sudah malam sekaligus untuk menguji i-ACTIVSENSE Technology pada Mazda CX-5 Grand Touring terdiri dari High Beam Control System (HBC), Lane Departure Warning System (LDWS), dan Adaptive Front Lighting System (AFS).
“Rute ini tidak hanya mengandalkan skill mengemudi namun dengan power berlimpah dan torsi yang dicapai pada putaran rendah ketika menanjak tidaklah menyulitkan, diimbuhi teknologi terkini bakal mendapatkan handling yang baik menaklukkan rute cukup eksterm,” terang Danang Priyambodo salah satu peserta.
Setelah semalam menginap di Simalem Resort esok paginya perjalan dilanjutkan menuju Berastagi, hanya saja semua peserta tanda pada MID kondisi bahan bakar sudah 0 atau habis. Hanya saja masih ada cadangan sekitar 4-5 liter, mobil akan mogok saat menuju Berastagi.
Dan akhirnya mobil paling terakhir mogok menunjukkan kilometer 380,5 disekitar kota Berastagi. Sehingga catatan konsumsi BBM adalah 1 liter untuk 15,2 km. Sedangkan mobil pertama yang mogok menunjukkan kilometer 323,4 atau 1 liter untuk 13 km. [dp/Wyu]

Mazda CX-5 2.5L Sanggup Menempuh Jarak 380Km dengan 25 Liter BBM

Medan - Sumatra E Halt Challenge atau lomba irit bbm yang digelar PT Mazda Motor Indonesia untuk membuktikan ketangguham dan efisiensi Mazda CX-5 2.5L akhirnya harus terhenti di kilometer 380, setelah tetesan bensin terakhir yang tersedia habis.

E Halt Challenge sendiri merupakan lomba irit bbm dengan metode mengisi bahan bakar Mazda CX-5 sebanyak 25 liter dan digunakan sejauh mungkin oleh peserta sampai bensin di tangki bbm mobil habis dan mobil mogok.

Ada 9 mobil yang mengikuti ajang pengujian Mazda CX-5 yang bertajuk E-Halt Challenge Sumatera Utara ini.Masing-masing mobil diisi oleh 2 jurnalis nasional, dengan bobot kotor mobil yang disamakan. Panitia menambahkan beras pada mobil untuk menyeragamkan bobot kotor mobil.

Perjalanan dimulai dari kota Medan, Danau Toba, Medan, dengan rute yang sangat beragam, mulai dari jalanan bumpy, padat merayap sampai macet, tikungan da  tanjakan tajam khas lintasan Sumatra yang menantang.

Selama perjalanan di dalam mobil seperti AC, radio dan lain sebagainya harus diaktifkan dengan normal, AC disetting 25 derajat. Untuk pengendaraan itu sendiri rata-rata dikemudikan dengan kecepatan maksimal 60 km/jam.

Hasilnya mobil yang terjauh berhasil menempuh jarak sejauh 380,5 km dan konsumsi bahan bakarnya rata-rata 1 liter untuk 15,25 km. Angka ini pastinya lebih boros rendah dari konsumsi bahan bakar Mazda CX-5 bermesin 2.000 cc yang mencapai 1:19,8 atau 1 liter untuk 19,8 km.

Fitur-fitur pada Mazda CX-5 juga bekerja dengan sempurna dan turut membantu agar mobil ini efisien dan lebih mudah menaklukkan medan berat lintas Sumatra. Sebut saja fitur i-Stop yang sangat membantu efisiensi bahan bakar terutama saat harus melintasi jalan yang padat sampai macet, ketika berhenti mesin mobil langsu  mati dan nyala kembali ketika pedal gas diangkat.

Juga fitur Hi-Beam Control yang membantu saat malam hari harus melintasi jakur buta, karena lampu bisa mengikuti jalur sesuai dengan putaran stir. Pun begitu fitur Adaptive Lightnig System, dengan sensor cerdas, yang mampu membuat penerangan lebih terang dengan  lampu jauh, tapi akan secara otomatis menjadi lampu dekat ketika berpapasan dengan kendaraan lain.

Mazda CX-5 secara umum mampu menghadapi meda  lintas Sumatra dengan cukup baik, setelah dibantu teknologi dan fitur-fiturnya, yang juga mampu mempertahankan efisiensi bahan bakarnya. (mobil.otomotifnet.com)

Kencan Singkat Mazda CX-5 2.5L bersama detikOto

Eksterior
Untuk urusan desain, Mazda CX-5 ini merupakan esensi dari desain khas Mazda yakni Kodo Soul of Motion yang menghadirkan sensasi dan dinamika berkendara terbaik untuk pengemudi dan penumpang.

Tidak ada perbedaan yang signifikan memang di desain CX-5 2.500 cc dibanding dengan pendahulunya CX-5 2.000 cc.
Desainnya sama saja, hanya saja di CX-5 terbaru ini disediakan 3 pilihan warna yang jauh lebih menarik.

Bayangkan saja, kini CX-5 2.500 cc hadir dengan warna baru seperti Soul Red Metallic atau warna merah khas Mazda, Meteor Gray dan Jet Black. Dengan 3 warna baru ini semakin melengkapi pilihan warnanya.


Interior
Untuk urusan interiornya, CX-5 2.500 ini tetap dilengkapi dengan material berkualitas tinggi yang membangkitkan keinginan mengendarai mobil pada pandangan pertama.
Kabinnya cukup luas sehingga duduk di bangku pengemudi dan pandangan ke depannya juga terasa cukup oke.

Beragam fitur juga tersematkan di dalam dashboard CX-5 2.500 cc ini. Mobil ini dilengkapi dengan full audio dan fitur infotainment yang mudah diakses.

Tapi ada yang disayangkan, ketika detikOto mencoba duduk menjadi penumpang di baris kedua masih dinilai sempit ketika hendak keluar pintu.
Pintu baris kedua kurang begitu terbuka lebar sehingga menyulitkan penumpang yang akan turun.


Pengujian mesin 2.500 cc
Sebenarnya fokus utama dalam Ototes kali ini pada mesin CX-5 yang lebih besar dari pendahulunya. Katanya dengan mesin 2.500 cc ini CX-5 semakin bertenaga dan torsinya semakin besar.

detikOto sudah mengambil posisi yang nyaman di kursi pengemudi. Setelah sudah siap semuanya seorang instruktur yang menemani detikOto bilang. "Kalau mau ngetes mesinnya, gasnya bejek aja mas, tunggu jalanan sepi dulu, baru bisa dites di jalan lurus ini," katanya.

Jalan pun sudah mulai kosong dari mobil-mobil yang lewat, waktunya detikOto menjajal performa mesin CX-5 2.500 cc ini. Brumm, pedal gas pun detikOto langsung injak dengan penuh.

Hasilnya, memang dari segi perpindahan giginya lebih responsif hanya saja masih terasa menyentak atau kasar.
Sayang karena kondisinya tidak memungkinkan detikOto hanya berhasil berlari 60 km/jam di trek lurus kurang lebih sekitar 80 sampai 90 meter.

Tenaga mudah diraih, sebelum kecepatan 60 km atau di 40 km/jam saja tenaga sudah bisa diraih. Ketika detikOto melongok ke speedometer ketika di 40 km/jam rpm berada di 2.000. Itu tenaganya sudah bisa dicapai dan pedal gas masih bisa lebih di bejek lagi. Sayang hanya segitu yang detikOto capai.

Tapi sudah bisa disimpulkan kalau CX-5 2.500 cc ini jauh lebih bertenaga dibanding yang 2.000 cc.
detikOto sebelumnya pernah menjajal CX-5 2.0 liter dari Jakarta hingga Bali dan kalau dibandingkan perbedaan atau peningkatan tenaganya memang cukup berasa.

Jujur saja, detikOto suka dengan responsifnya CX-5. Baik yang 2.000 cc ataupun yang 2.500 cc sama-sama responsif.

Urusan handlingnya juga mantap, didukung tenaga yang mumpuni handling CX-5 juga sangat oke. Itu dirasakan ketika menguji di jalanan berkelok-kelok dan suspensinya cukup nyaman, ketika menghandap lubang ataupun polisi tidur tidak terlalu mengayun dan terlalu keras.


Pengujian fitur i-Stop
Mazda CX-5 2.5L ini dilengkapi dengan fitur i-Stop. Teknologi ini dapat secara otomatis menyalakan dan mematikan mesin ketika kendaraan sedang tidak bergerak agar dapat memaksimalkan efisiensi bahan bakar.

Dalam pengujian ini, detikOto juga menjajalnya. Teknologi i-Stop itu benar-benar aktif dan berfungsi dengan wajar. Hanya saja agar sedikit kasar ketika mesin mati lalu hidup kembali. Transisinya terasa sedikit kasar.

Tapi, jangan khawatir kalau Anda tidak ingin mengaktifkannya ada fitur on/off. Jadi tergantung Anda ingin mengaktifkan atau tidak.

"Dari mesin mati hingga nyala hanya membutuhkan waktu 0,35 detik saja," kata Product Planning MMI Ari Christanto Wibowo kepada wartawan.

Tapi, ketika i-Stop bekerja dan mesin mati, AC tetap nyala, hanya kompresor AC-nya saja yang mati tapi di blower tetap menyala. Jadi tidak perlu takut kepanasan kalau pas i-Stop bekerja.


Kesimpulan
Poin Plus

Sudah tidak asing lagi kalau bicara keunggulan, CX-5 2.500 termasuk mobil yang memiliki banyak keunggulan. Dari segi desain eksterior, interior, fitur, teknologi serta fitur keselamatan yang berlimpah.

Yang menarik yakni tenaganya memang dirasa cukup mumpuni. Tak salah kalau Mazda memasang mesin berkapasitas 2.500 cc di compact crossover SUV andalannya ini.

Dari segi harga juga relatif terjangkau, untuk tipe Touring 2.5 liter dijual Rp 412 juta dan Grand Touring dijual Rp 431 juta. Harga itu on the road Jakarta.

Poin Minus

Menurut detikOto, kekurangan yang ada pada CX-5 2.500 adalah ketika ingin keluar dari bangku kedua pintu dibukannya kurang lebar sehingga penumpang akan merasa kesempitan jika akan keluar.

Teknologi i-Stop-nya bekerja dengan baik, sayang transisi dari mesin mati ke hidup masih sangat kasar.

Lalu yang terakhir perpindahan giginya masih terasa menyentak atau sedikit kasar.
CX-5 2.500 cc yang detikOto coba tipe Touring dengan transmisi otomatis. Perpindahan giginya masih kurang halus. Semoga di generasi berikutnya perpindahan giginya akan jauh lebih baik.
 
 

Mazda CX-5 di Hadapan Lawan-Lawannya

Lantas, kelebihan apa saja yang membuat CX-5 mampu bersaing dengan para kompetitornya?
1. Tampilan Sporty
Seperti mobil-mobil Mazda lainnya, CX-5 memiliki desain exterior yang sporty dan agresif. Tampilan CX-5 memberi sesuatu yang fresh di pasar small SUV, di mana desain CR-V dan X-Trail sudah beberapa tahun tidak mengalami perubahan desain yang mencolok.
Interiornya terlihat simple tetapi memiliki dashboard dan speedometer yang menarik dan terlihat sporty. Jok CX-5 juga memiliki desain yang supportive sehingga nyaman diduduki untuk perjalanan jauh.
2. Mesin yang responsif dan irit
Teknologi SKYACTIV yang merupakan gabungan improvisasi dari mesin, transmisi dan body yang ringan membuat CX-5 terasa responsif di tarikan bawah, bahkan bisa dibandingkan dengan CR-V yang berkapasitas 2400cc. Transmisi otomatis 6 percepatannya juga mendistribusikan tenaga secara merata dan halus, secara keseluruhan mesin CX-5 memiliki akselerasi yang baik untuk SUV berkapasitas 2000cc, meskipun agak berat di putaran tinggi dan tanjakan curam.
Mazda juga mengklaim bahwa CX-5 dapat mencapai keiritan sampai 16KM/L. Walaupun angka ini rasanya mustahil dicapai sebuah SUV 2000cc untuk kondisi pemakaian dalam kota Jakarta, tetapi faktanya CX-5 sangat digemari di Jepang karena irit BBM dan di Amerika Serikat CX-5 diposisikan untuk menggantikan CX-7 yang dianggap boros BBM.
3. Handling mantap
Handling CX-5 lagi-lagi mencerminkan ciri khas Mazda yang biasa memiliki handling sporty dimana mobil terasa mudah dikendalikan dan stabil di tikungan dengan body roll yang sangat minim untuk ukuran SUV. Meskipun memiliki karakter handling yang sporty, suspensi CX-5 terbilang masih nyaman di jalanan keriting dan berlubang.
4. Kabin hening
Peredaman suara CX-5 terbilang unggul di kelasnya, pada kondisi idle suara mesin hampir tidak terdengar dan getaran yang terasa sangat minim. Meskipun secara umum peradamannya sangat bagus, tetapi saat mesin digeber atau melewati tanjakan yang agak curam, maka terdengar suara raungan mesin yang agak kasar.
5. Fitur
Fitur CX-5 terbilang unggul dibandingkan kompetitornya, sebut saja Kontrol Traksi, Stability Control, 6 airbag (depan, samping, tirai), Dynamic Stability Control System, Traction Control System, Emergency Stop Signal System, Hill Launched Assist System dan Tire Pressure Monitoring System di semua variant. Pada variant Touring, terdapat audio Bose dengan 9 speaker, pelek 19 inch dan sunroof.

Dengan semua keunggulan tersebut, maka CX-5 merupakan small SUV yang sangat cocok bagi konsumen yang berjiwa muda dan dapat menjadi pesaing yang sangat tangguh bagi para kompetitornya.

Digoda Mazda CX-5

Mazda CX-5 Grand Touring 2.5
Mesin : 2.488 cc 4-silinder, 184 dk
Torsi maksimum : 251 Nm/3.250 rpm
0-100 km/jam : NA
Konsumsi BBM : NA
Transmisi : Otomatis 6-speed/FWD
P x L x T : 4.540 x 1.840 x 1.705 mm
Wheelbase : 2.700 mm
Ground clearance : 215 mm
Ukuran ban : 225/55 R19
Harga: Rp 431 juta (estimasi)
Yup! Mazda mengikuti jejak kompetitornya yang telah lebih dahulu bermain di kelas Medium SUV. Baik Honda CR-V dan Nissan X-Trail, mereka memiliki dua pilihan mesin; 2.000 cc dan 2.400 cc untuk CR-V atau 2.500 cc untuk X-Trail. Mazda pun merilis pilihan mesin baru yang lebih bertenaga dengan kapasitas 2.500 cc.

Berada di proving ground Bridgestone, kami mendapat kesempatan untuk merasakan performa awal dari dapur pau berteknologi SKYACTIV yang telah ditambah kapasitasnya menjadi 2.488 cc. Perban­dingan kompresi mesin pun tetap dipertahankan diangka 13:1. Wajar bila ia kini mampu menghasilkan tenaga maksimum 184 dk atau naik hingga 29 dk dari versi mesin 2.000 cc.

Sebelum masuk ke interior, kami sempat memperhatikan penampilan luarnya. Secara fisik, ia tak mengalami ubahan. Unit tes kami merupakan flagship CX-5 berlabel Grand Touring. Tetap menggunakan pelek alloy 19 inci dan dilengkapi sunroof seba-gai standar.

Ketika berada di balik kemudi, barulah kami menemukan sesuatu yang berbeda. Warna lapisan kulit yang digunakan kini lebih terang dan ada satu fitur menarik di sisi kanan dasbor yakni tombol i-Stop kini hadir disemua lini CX-5 yang dipasarkan.

Tak hanya itu, saat pengemudi berpindah lajur tanpa menyalakan sein, maka Line Departure Warning System (LDWS) akan berbunyi via speaker. Jadi fitur ini dapat mendeteksi pergerakan mobil saat melewati marka jalan sehingga dapat menjadi peri­ngatan pertama ketika pengemudi mulai mengantuk.

Tapi yang paling asyik tentu kemampuan akselerasinya. Meski tenaga mesin meningkat, penyaluran tenaga mesin ke roda tetap berlangsung halus namun berisi. Dengan transmisi otomatis 6-speed, CX-5 bermesin 2.500 cc ini terasa begitu bertenaga.

Pengendalian pun tetap mumpuni berkat penerapan pelek alloy 19 inci dan telah dilengkapi kontrol kestabilan sebagai standar. Akurasinya begitu tajam dan feedback kemudi terasa baik.

Namun konsekuensinya, bantingan suspensi terasa keras bila dibandingkan kompetitornya. Pun begitu dengan ruang kaki belakang yang berada dalam kata cukup. Meski tanpa pilihan reclining di bangku belakang, proses pelipatan bangkunya sangatlah mudah. Anda hanya perlu mengungkit tuas pelipat di area bagasi.

Untuk urusan warna pun, Mazda merilis Soul Red dengan harga yang lebih mahal Rp 3 juta dari setiap tipe. Hal ini lantaran ia memiliki lapisan coating lebih banyak dari pilihan warna lainnya. Untuk unit tes kami, rencananya Mazda akan merilis harga Rp 431 juta atau serupa dengan flagship Honda CR-V.
RIVAL
Honda CR-V 2.4

Mesin: 2.354 cc 4 silinder, 190 dk
0-100 km/jam:
Harga: Rp 431 juta

+ Image Honda, desain eksterior, kenyamanan
-  Minim fitur, performa

FIRST OPINION
Sebuah fenomena menarik di kelas Medium SUV di Indonesia. Pilihan mesin bertenaga lebih dimi­nati. Bahkan Honda CR-V memiliki kom­posisi 70:30 untuk CR-V 2.4 dan 2.0. Tak heran bila Mazda tergiur un­tuk mengikuti jejak kompetitor­nya dengan merilis CX-5 2.500 cc. Apalagi ia ditawarkan dengan har­ga sama dengan fitur yang lebih lengkap.

SEKILAS PANDANG
- Tersedia 3 pilihan tipe; Sport 2.0, Touring 2.5 dan Grand Touring 2.5
- Fitur i-Stop kini hadir di semua lini

Test Drive Corner

Comparison : Honda CR-V 2.4L Prestige A/T vs Mazda CX-5 2.0L Touring A/T

SPECIAL TEST : Honda CR-V 2.4L Prestige A/T vs Mazda CX-5 2.0L Touring A/T
Specifications
Honda CR-V
Model : Honda CR-V 2.4L Prestige A/T
Production Year : 2012-now
Price : 431mills (2013,new)
Engine : K24Z7 2.354cc DOHC i-VTEC inline-4 190PS 225Nm
Dimension :  4.545 x 1.820 x 1.685 
Curb Weight : 1530kg
Transmission : 5-speed Automatic w/ Paddle shifters
Drivetrain : Front Engine-Front Wheel Drive (FF)
Wheel : 18 inch, 225/60/18
Suspension : McPherson Strut (Front), Double Wishbone (Rear)
Safety : G-CON Body Structure, 2 Airbags, Seat Belts, ABS, EBD, BA, side impact door beams, VSA, HSA, 
Special Features : Head Unit w/ Navigation, Electric Seat(Driver), Smartkey & Start-Stop, i-MID, Motion Adaptive EPS, Automatic Dual Zone Climate Control A/C, ECON Mode, Shark Fin Antenna

Mazda CX-5
Model : Mazda CX-5 2.0 Touring A/T
Production Year : 2012-now
Price : 421mills (2013,new)
Engine : SKYACTIV-G 2.0L with dual S-VT and ETC DOHC inline-4 155PS 200Nm
Dimension :  4.540x1.840x1.710
Curb Weight : 1522kg
Transmission : SKYACTIV-DRIVE 6-speed Activematic w/ Adaptive Shift
Drivetrain : Front Engine-Front Wheel Drive (FF)
Wheel : 19inch, 225/55/19
Suspension : Independent McPherson w/ Stabilizer Bar (Front), Independent Multilink w/ Stabilizer Bar (Rear)
Safety : SKYACTIV Body Structure, 6 Airbags, Seat Belts, ABS, EBD, EBA, side impact door beams, HSA, 
Special Features : SKYACTIV Technology, Head unit w/ Navigation and Reverse Cam, Electric Seat (Driver&Passenger), Smartkey & Start-stop, Sunroof, Seat Heaters, Dual Zone Climate Control A/C, EPAS, Shark Fin Antenna, DRL, BOSE Sound System


Introduction
Pasar SUV di Indonesia semakin memanas dengan hadirnya CX-5 sebagai pemain baru. Mengusung teknologi SKYACTIV terbaru Mazda, dengan percaya diri menantang para pemain lama seperti Honda CR-V dan kawan-kawan. Tidak lama setelah CX-5 diluncurkan, Honda juga menyegarkan jagoannya dengan memperkenalkan model baru CR-V ke publik. Yang melatarbelakangi test ini adalah beberapa pertanyaan yang membandingkan kedua mobil ini. Tentu masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya. Saya membandingkan keduanya atas dasar rentang harga yang mirip-mirip (diatas 420juta).

Exterior
Honda CR-V
Honda CR-V terbaru ini desainnya berubah drastis. Jika mengingat CR-V model sebelumnya menjadi trendsetter desain SUV yang diikuti oleh beberapa pabrikan lain, mungkin ini juga akan menjadi trendsetter. CR-V terbaru ini seakan-akan menggabungkan konsep modern dari CR-V (2007-2012) generasi ketiga dan kegagahan generasi kedua (2002-2006) yang terlihat dari bentuknya yang dinamis namun lebih berotot dibandingkan generasi ketiga. Memang banyak kontroversi, ada yang suka ada yang tidak. Tapi saya termasuk yang suka.... Lampu belakang yang banyak mengatakan mirip Toyota Avanza, menurut saya justru lebih mirip Volvo XC90, karena model lampu seperti ini justru menambah kesan mewah CR-V ini.

Tampilan modern Honda CR-V terbaru
(autowp.ru)

Mazda CX-5
SUV jagoan Mazda ini juga mempunyai desain yang cantik, sesuai bahasa desain terbaru Mazda KODO Design, gagah dan cukup maskulin, terutama grillnya yang provokatif mungkin sedikit terlihat aneh namun justru membuat SUV ini terlihat gagah. Grill sebesar itu juga bukan tanpa alasan, karena rasio kompresi yang tinggi, tentu butuh pasokan udara lebih. Sekilas modelnya mirip dengan Hyundai Tucson, namun CX-5 terlihat lebih maskulin, karena saya pernah salah mengira Hyundai Tucson sebagai CX-5 pada malam hari. Yang saya tidak suka adalah model DRL nya seperti lampu kota biasa.... bukan HID atau LED seperti pada mobil Eropa....
Mazda CX-5 yang terlihat sedikit provokatif dan agresif
(mazda.co.id)

Interior
Honda CR-V
Meski didominasi material plastik, namun interior Honda CR-V terlihat rapi dan high-tech, meskipun jujur saja saya kurang suka dengan konsol tengah yang dibuat memanjang sehingga tidak selapang generasi ketiga.... Dan pemilihan warnanya juga kurang greget....
Interior Honda CR-V
(honda-indonesia.com)
Mazda CX-5
Interior Mazda CX-5 cukup simpel tapi dibalut bahan yang berkualitas. Jika anda melihat desainnya mungkin anda merasa "kok jelek? kok kurang wah?" namun material dasbornya cukup bagus, lebih bagus dari kakaknya, CX-7 yang masih plasticky, CX-5 sudah soft-touch dengan bahan rubber.
Interior CX-5
(mazdaindonesia.com)
Behind The Wheel
Honda CR-V
Duduk di belakang kemudi Honda CR-V, mobil ini cukup memberikan visibilitas bagus, posisi mengemudi yang nyaman, minim blindspot. Dan dalam bayangan saya mobil ini pasti akan memberikan kesenangan yang lebih baik dari CR-V lama, karena ada paddleshift dan tenaga yang bertambah 20PS. Keluar dari dealer, unit test ini saya bawa ke jalan sejenis bypass yang agak lengang, mencoba paddle shiftnya, dan saya terkejut, posisi gear masih gear 1 tapi speedometer sudah menunjukkan 80 kph saja. Saya coba teruskan hingga 120kph mobil ini masih terlihat meladeni injakan gas saya, malah seakan menyuruh saya untuk menginjak lebih dalam, sesuai ekspektasi dan bayangan saya akan sebuah SUV crossover bertenaga 190PS, tenaga selalu tersedia di setiap putaran mesin, namun saya terkendala lampu merah dan jalanan yang ramai sehingga tidak sempat lebih dari 120kph. Meski hanya 120kph tapi sudah cukup mewakili figur akselerasi CR-V terbaru ini. Mesin responsif, dukungan chassis yang rigid, sistem suspensi, dan steering response yang baik membuat mobil ini sangat addicting untuk dibawa berpelesir keluar kota maupun manuver di jalan perkotaan. Meski jujur saja saya kurang menyukai steering response EPS nya yang tidak mempunyai "direct-feel" seperti generasi sebelumnya yang masih hidraulik. 
Dibandingkan generasi lawas, bantingan mobil ini lebih nyaman, redamannya cukup baik dibandingkan generasi sebelumnya.
Mazda CX-5
Entah kenapa ketika saya duduk di jok pengemudi CX-5 saya merasa begitu excited, mobil ini seakan memanggil saya untuk segera menyalakan mesin dan beraksi. Visibilitas kedepannya sangat baik, dan posisi mengemudinya cukup nyaman, meskipun jujur urusan posisi mengemudi CR-V masih lebih nyaman. Kunci diberikan oleh salesperson, dan saya memulai menyalakan mobil ini. Kesan pertama saya, mesinnya sangat halus, dan saya mulai keluar dealer, injak gas, ada jeda sedikit ketika akan mulai full-throttle. Berbeda dengan CR-V yang secara langsung "memuntahkan" torsinya all-out begitu diinjak. Ada 1 hal yang cukup mengganggu saya, posisi grill AC yang terlalu di bawah, sehingga hembusan AC kurang merata. Back to topic, saya membawa ke jalanan yang cukup lengang untuk tes akselerasi. Hasilnya? A little bit dissapointing..... Mungkin karena SKYACTIV Technology ini mengejar irit, sehingga performanya biasa saja.... Mirip-mirip dengan Outlander Sport yang pernah saya tes juga. Perpindahan transmisinya cukup halus, namun sedikit ada jeda setiap pindah gigi, sehingga akselerasinya sedikit terhambat. Namun saya agak melupakan soal akselerasi, berkat jalanan yang lengang, dan saya mencoba handlingnya dengan melakukan manuver menyalip beberapa truck di jalan tersebut, hasilnya..... Saya bahkan lupa ini adalah sebuah SUV. Saya merasa sedang mengemudikan sebuah hot-hatchback. Handlingnya mantap, dan mobil ini cukup lincah untuk bermanuver, tidak ada keraguan ketika saya full-throttle dan membelokkan setir untuk sedikit zigzag. Namun konsekuensinya bantingan yang agak keras, apalagi tipe Touring yang menggunakan velg 19inch. Namun overall CX-5 adalah mobil yang sangat fun to drive, addicting, challenging, dll kata-kata saja tidak dapat menggambarkan seberapa fun mobil ini. Hingga akhirnya (secara kebetulan) di jalan berpapasan dengan CX-7 putih milik kepala cabang dealer Mazda tersebut, dan salesperson di sebelah saya mengingatkan saya "mas jangan kenceng-kenceng.... itu di belakang kepala cabang soalnya".... Akhirnya saya mengurangi injakan gas saya dan kembali ke dealer....
Pros
Honda CR-V
- Powerful
- Fun to drive
- Perpindahan transmisi halus
- Paddleshift
- Value for Money
- Handling
Mazda CX-5
- Fun to Drive
- Fitur lengkap
- Kualitas material interior
- Handling
- SKYACTIV Technology
- Efisiensi BBM
- BOSE Sound System

Cons
Honda CR-V
- Material interior
- "Direct-feel" EPS kurang
- Sistem navigasi kurang akurat
- Ruang kabin tidak selapang generasi sebelumnya, terutama di bagian driver dan passenger depan.
- Tidak ada DRL (padahal udah ada garis LEDnya malah dilepas...)
Mazda CX-5
- Performa Mesin 
- Harga 
- Wajib menggunakan BBM oktan tinggi 
- Bantingan keras
- Ban serep model space-saver
- Model DRL 
Pendapat Pribadi
Mazda CX-5, sebagai pendatang baru menjadi lawan serius bagi CR-V dan kawan-kawannya. Namun dosa terbesar CX-5 adalah : harganya! Karena berstatus CBU Japan jadi harga CX-5 tak tertolong lagi tingginya..... padahal hanya 2000cc..... Dan tidak terasa so-special karena performanya biasa saja seperti mesin 2000cc reguler. Andaikan Mazda men-CKD CX-5, tentu harganya bisa lebih kompetitif, dan untuk kelas 2000cc, tidak diragukan lagi CX-5 adalah yang terbaik. Sayang sekali pada perbincangan saya dengan salesperson yang menemani saya saat test drive, CX-5 2.5L sepertinya tidak akan masuk ke Indonesia karena alasan pajak. Padahal apabila CX-5 2.5L masuk ke Indonesia tentu CR-V 2.4L akan punya lawan serius, sementara lawannya sekarang hanya X-Trail 2.5L, Grand Vitara 2.4L, Chevrolet Captiva 2.4L. Apabila CX-5 dilepas dengan harga 350-380jutaan mungkin akan sangat kompetitif. Sayang sekali CX-5 Sport yang dilego dengan harga 380juta fiturnya terlampau jauh dengan CX-5 Touring. 
Sementara untuk Honda CR-V sendiri, tidak bisa dipungkiri ia masih yang terbaik, karena memberikan value lebih dengan mesin 2.400cc pada harga sama dengan CX-5. Harga yang tidak bertambah terlalu banyak dari CR-V sebelumnya (391juta menjadi 404juta) dengan tambahan 20PS dan fitur-fitur seperti hill-start assist, paddleshift, EPS, dll. Meski sekarang akibat BBN harga CR-V terkoreksi menjasi 412juta. Tipe Prestige tidak terlalu saya rekomendasi, karena tipe ini terkesan "mengada-ada", aksesori yang terpasang justru malah membuat kesan elegan di CR-V generasi 4 ini berkurang. CR-V pun otomatis menjadi SUV 2.4liter dengan power output terbesar di Indonesia saat ini, juga roadcar Honda yang punya power paling besar, Accord baru saja malah hanya 176PS. Andaikan Mazda memutuskan untuk membawa CX-5 2.5L posisi CR-V tentu saja terancam, apalagi jika Mazda berencana untuk memproduksi CX-5 secara CKD di Indonesia.

Trivia
- CX-5 merupakan roadcar Mazda pertama yang mengadopsi teknologi SKYACTIV, disusul saudara kandungnya, Mazda6 yang menggunakan SKYACTIV-G 2.5L serupa dengan milik CX-5 2.5L di luar negeri.
- Garis LED di headlamp Honda CR-V terbaru bukan DRL, tetapi hanya kosongan saja, entah kenapa Honda malah melepas LED DRL nya. 
- Di luar negeri baik CR-V maupun CX-5 tersedia dalam penggerak AWD
- CR-V spek Asia dan Amerika memiliki sedikit perbedaan desain, yaitu pada bumper depan. Selain itu CR-V spek Amerika tidak menggunakan projector Headlamp.
- Fitur-fitur di CX-5 dan CR-V tidak banyak berbeda, dan sepertinya akan menjadi standar baru untuk fitur-fitur SUV di Indonesia.
- CR-V dan CX-5 mengusung teknologi yang berbeda hampir 10 tahun, dimana mesin K24 Honda sudah berusia 9 tahun ketika CR-V generasi 4 diluncurkan, dan mungkin K24 i-VTEC di CR-V ini sudah mencapai tahap puncak developmentnya, karena Honda Accord 2013 sudah menggunakan K24 i-VTEC EarthDreams yang merupakan standar baru Honda. Sedangkan CX-5 teknologinya benar-benar baru.

Mazda Sabet 4 penghargaan di ajang Indonesia Car Of the years 2013

Sabtu, 16 November 2013 | 21:24 WIB
Mazda Raih 4 Penghargaan Indonesian Car of The Year
Keempat kendaraan Mazda yang berhasil menjadi pemenang di setiap kategorinya adalah Mazda2, All New Mazda6, Mazda CX-5 2.5L dan Mazda Biante SKYACTIV.
Wartawan: Erinaldi | Editor: Redaksi
Mazda Raih 4 Penghargaan Indonesian Car of The Year
New Mazda CX-5 (mazdaindonesia.com)
KLIKPOSITIF – PT. Mazda Motor Indonesia (MMI)  meraih empat  penghargaan untuk empat  varian produk Mazda dari total 10 kategori penghargaan di ajang Indonesian Car of The Year 2013 (ICOTY 2013) yang diselenggarakan sebuah majalah otomotif. 
Keempat kendaraan Mazda yang berhasil menjadi pemenang di setiap kategorinya adalah Mazda2, All New Mazda6, Mazda CX-5 2.5L dan Mazda Biante SKYACTIV. Kesuksesan Mazda  semakin lengkap dengan berhasilnya All New Mazda6 merebut Setir Emas  Indonesian Car of The Year 2013 dan mengukuhkan dirinya sebagai Indonesian Car of The Year 2013. 
Pemilihan mobil-mobil terbaik versi pionir majalah otomotif di Indonesia ini, diikuti oleh 31 tipe mobil dari 10 APM sebagai finalis yang dikelompokkan ke dalam 10 kategori kendaraan yaitu kategori Multi-Purpose Vehicle (MPV), Medium MPV, City Car, Sedan, Small Sedan, Small Hatcback, SUV 4x2, Small MPV 1000-1400, Small MPV 1500 dan Small Hatchback 1.5.
Empat penghargaan yang berhasil dibawa pulang oleh Mazda adalah Mazda2 sebagai jawara di kategori Small Hatchback 1.5 disebabkan oleh keunggulan karakter sporty driving-nya yang sangat mengesankan, didukung mesin, transmisi dan sasis yang handal, memungkinkan pengendalian tajam dengan kemudi yang begitu responsif. 
Di kategori SUV 4x2, Mazda CX-5 2.5L berhasil keluar sebagai pemenang dengan keunggulan mesin barunya, dan berbagai fitur modern tambahan yang semakin meningkatkan kenyamanan pengemudi. 
Teknologi SKYACTIV dengan kapasitas mesin 2.5L memberikan output tenaga dan efisiensi yang lebih besar. Sistem i-STOP yang bermanfaat menghemat bahan bakar saat macet atau berhenti di lampu merah, menjadi aspek yang impresif bagi juri. 
Mazda CX-5 berhasil mempertahankan gelar sebagai SUV 4x2 terbaik selama dua tahun berturut-turut di ajang ini. Pada kesempatan berbeda, Mazda CX-5 sendiri berhasil menorehkan prestasi sebagai Japan Car of The Year 2013 – sebuah ajang yang digelar di Jepang, yang memberi pengakuan atas performa sebuah brand kendaraan selama dua tahun periode pemasarannya. 
Mazda Biante dengan SKYACTIV teknologi juga kembali sukses merebut tempat pertama di kelompok MPV, setelah di tahun lalu juga berjaya di ajang yang sama sebagai yang terbaik di kelas medium MPV. 
Mesin Mazda Biante sendiri menjadi satu-satunya mesin di segmen MPV kelas 2.0L yang menawarkan teknologi otomotif terkini. Sekali lagi, dengan SKYACTIV teknologi, karakter mesin terasa responsif dan efisien. Berkat teknologi ini pula kabin, fitur dan aura futuristik mampu membuat Mazda Biante mengungguli rivalnya. 
Sebagai pamungkas, Mazda6 berhasil menggondol penghargaan pertama di kategori sedan dan sekaligus dinobatkan sebagai  Indonesian Car of The Year 2013, setelah mengumpulkan poin terbanyak di berbagai aspek pengujian. 
Juri secara holistik menilai kesan khas body Mazda6 dengan bahasa Kodo-Soul of Motion-nya, fitur mengemudi yang lebih banyak dan efektif, disempurnakan dengan interior yang begitu rapi dan nyaman. 
Kecemerlangan Mazda6 di kompetisi ini, menyusul prestasinya di Jepang ketika beberapa saat lalu terpilih sebagai 2014 RJC Car of The Year, setelah final pemilihan yang dilakukan oleh para periset otomotif dan forum RJC (Journalists’ Conference of Japan), sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari para kritikus otomotif dan insan pers Jepang. 
Penghargaan tertinggi  Indonesian Car of The Year 2013 berupa trophy Setir Emas diberikan oleh CEO PinPoint Publications, Mario Alisjahbana yang diterima langsung oleh Presiden Direktur Mazda Motor Indonesia, Keizo Okue di puncak acara. 
Astrid Ariani Wijana, Senior Marketing Manager PT. Mazda Motor Indonesia mengatakan,  Mazda akan terus mengembangkan inovasinya dan mempertahankan relevansinya untuk memenuhi setiap kebutuhan konsumen sehari-hari. 
"Berbagai penghargaan yang kami terima dalam forum MobilMotor Indonesian Car of The Year 2013 ini secara nyata merefleksikan kepercayaan dan kesukaan publik akan produk-produk kami," katanya. (ed)